Tugas

Kamis, 26 Mei 2011

Cara install ulang Windows XP SP2

Spesifikasi minimum hardware yang dibutuhkan:
- Prosesor Pentium 1.5 Ghz/AMD yang setara 
- CDROM/DVDROM drive 
- RAM 128 MB



- Sebelumnya kamu membutuhkan

Memecahkan permasalahan pada komputer

PC anda tidak mau beraksi sama sekali? Harddisk tidak terdeteksi, drive optik yang terasa lambat, monitor yang tidak optimal tampilannya, atau router yang terlalu sering hang?

Sesekali hal ini dapat saja terjadi. Tiba-tiba PC berulah, dan tidak dapat terselesaikan dengan mudah. Meskipun Anda sudah membaca berbagai panduan troubleshooting pada manual yang tersedia. Dan hal ini bisa juga terjadi pada Anda. Tidak memandang situasi dan kondisi, sebuah sistem dapat berulah. Bisa saja sesaat setelah Anda melakukan update driver. Ataupun setelah melakukan penambahan perangkat tambahan pada sistem Anda. Ataupun terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan ataupun pemberitahuan sebelumnya.

Dan ulasan kali ini akan membahas hal-hal tersebut di atas.
Tidak perlu gelisah dan tidak perlu panik menghadapinya. Duduk tenang, dan ikuti saja pembahasan kali ini. Semoga salah satu di antaranya adalah jawaban dari masalah yang anda hadapi dengan PC kesayangan anda.


Langkah Awal

1. PC Tidak Bereaksi, Saat Tombol Power Ditekan.
Permasalahan: Anda menekan tombol power untuk mengaktifkan PC Anda, namun PC tidak menunjukkan tanda
-tanda kehidupan. Apa yang terjadi?

Solusi: Jika hal ini terjadi pada PC
anda, ada beberapa kemungkinan yang harus diperiksa satu per satu secara bertahap.

Langkah 1: Periksa semua jaringan listrik, dari outlet AC sampai ke PSU (power supply unit) PC Anda. Apakah sudah terpasang dengan sempurna. Mulai dari memastikan switch PSU dalam posisi ON, ataupun sekiranya Anda menggunakan UPS (uniterruptable power supply) dan/atau stabilizer AVR (automated voltage regulator). Pastikan semua dalam posisi ON dan dalam keadaan berfungsi dengan baik.

Langkah 2: Jika hal tersebut bukan penyebabnya, maka kemungkinan berikutnya baru pada PC Anda. Pastikan semua kabel (terutama kabel power) dan komponen terpasang dengan baik. Caranya dengan mebuka casing, kemudian menekan-nekan kembali komponen dan konektor kabel yang ada. Adakalanya hal ini disebabkan karena konektor yang tidak terhubung dengan sempurna. Perhatikan juga ATX 12V, yang dapat ditemukan pada kebanyakan motherboard empat tahun belakangan ini. Motherboard tidak akan beraksi, tanpa catuan daya dari konektor ini.

Langkah 3: Ini akan cukup merepotkan. Lakukan pengecekan perangkat utama satu persatu. Yang dimaksud adalah CPU dan motherboard. Pastikan keduanya masih berfungsi dengan baik. Sebab katakanlah jika CPU rusak, sistem tidak akan menyala sama sekali. Demikian juga jika motherboard rusak. Terutama untuk urusan catu dayanya (MOSFET, jalur daya pada PCB dan seterusnya). Ini juga akan menyebabkan PC tidak akan bereaksi sama sekali.

2. Fan, Harddisk Terdengar Putarannya, namun Layar Monitor Tetap Gelap.

Permasalahan: PC bereaksi. Terdengar bunyi putaran kipas, dan tanda-tanda kehidupan lain dari harddisk, drive optik dan lain-lain. Namun, monitor tetap gelap.

Solusi:  setidaknya ini sedikit lebih baik dari masalah nomor 1. Untuk masalah ini, sebaiknya mengandalkan tanda yang diberikan POST BIOS. Pastikan speaker casing terpasang baik, sehingga Anda dapat mendengarkan POST berupa kombinasi bunyi beep yang pasti tersedia pada kebanyakan motherboard. Atau pada beberapa motherboard keluaran terbaru, juga tersedia buzzer yang terintegrasi pada motherboard.

Lebih mudah lagi jika motherboard disertai display BIOS POST code berupa dua seven segment LED, yang akan menampilkan kode hexagesimal. Sekiranya Anda tidak tahu arti dari kode tersebut (baik suara ataupun cahaya) atau bahkan kehilangan buku manual, sekali lagi tidak perlu panik. Anda dapat coba membuka situs Bios Central (http://www.bioscentral.com).

Harddisk
menyimpan berbagai dokumen, lagu-lagu kesayangan format MP3, instalasi game 3D (yang ukurannya hingga satuan gigabyte), beberapa, bahkan mengumpulkan video download berformat DivX, atau master video digital hasil transfer dari handycam. Tidaklah aneh jika harddisk dengan cepat penuh. Menambah harddisk pun, ternyata tidak terlepas dari beberapa masalah yang mungkin saja timbul.

3. Sistem Tidak Mengenali Harddisk Baru.
Permasalahan: Harddisk baru yang terpasang, tidak terdeteksi baik pada Windows maupun BIOS sekalipun.

Solusi: Intinya memasang dan mengonfigurasikan harddisk dengan benar. Harddisk bukan termasuk komponen yang sulit dalam proses instalasi. Namun, ada beberapa langkah yang harus dipastikan sudah dilakukan, saat memasang harddisk.

Langkah 1: Pastikan harddisk sudah mendapatkan catudaya dari PSU. Kesalahan sepele seperti ini bisa saja terjadi. Mengingat letak harddisk yang biasanya di bagian depan casing. Terkadang Anda menghubungkannya dengan cabang power dari fan, yang tidak mendapatkan pasokan daya dari PSU. Hal ini bisa juga diakibatkan minimnya jumlah konektor daya dari PSU.

Langkah 2: Pastikan setting master dan slave harddisk tepat seperti yang diinginkan. Atau jika Anda ingin memanfaatkan konfigurasi pada cable select, pastikan menggunakan konfigurasi tersebut pada kedua harddisk, lama dan baru Anda.

Langkah 3: Jika Anda menginginkan memanfaatkan konfigurasi cable select, perhatikan pemasangan kabel IDE pada harddisk. Beberapa kabel terbaru, sudah memberikan tanda khusus, untuk membantu menentukan konektor mana yang akan dianggap sebagai master, dan konektor mana yang akan dianggap sebagai slave. Jika tidak tersedia, cara paling mudah adalah dengan aturan dasar berikut. Konektor yang terletak diujung diperuntukkan sebagai master. Sedangkan konektor di tengah, akan dianggap sebagai slave.

Langkah 4: Jika itu semua belum dapat menyelesaikan masalah, maka alternatif jawabannya ada pada setting BIOS. Pada pilihan utama Integrated Peripheral, biasanya terdapat pilihan untuk IDE controller. Di sini juga terdapat pilihan untuk setting controller harddisk SATA. Sekiranya Anda mengalami masalah serupa, saat ingin menambahkan harddisk baru ber-interface SATA. Khusus untuk harddisk SATA dan Windows, jangan lupa untuk menginstalasi driver yang biasanya disertakan oleh produsen motherboard. Atau updatenya, tergantung chipset motherboard yang digunakannya.

4. Harddisk Terdeteksi, namun Tidak Dapat Dioperasikan.
Permasalahan: BIOS mendeteksi keberadaan harddisk. Namun tidak demikian dengan Windows, bahkan DOS.

Solusi: Ini bukan permasalahan besar. Yang perlu dilakukan adalah membuat partisi, dan kemudian memformat harddisk baru tersebut. Karena harddisk yang baru tersebut belum terformat dalam sebuah file system yang dapat dikenali Windows ataupun DOS. Ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan dengan harddisk baru tersebut.

Kemungkinan 1: Sekiranya Anda menginginkan menginstalasi harddisk baru tersebut dengan operating system Windows 9x, maka diperlukan sedikit pengetahuan dasar tentang perintah FDISK. Untuk yang satu ini, kami sangat menyarankan untuk memanfaatkan perintah yang satu ini dengan didampingi rekan Anda yang sudah berpengalaman.

Kemungkinan 2: Jika Anda ingin menginstalnya dengan Windows 2000/XP ataupun beberapa distro Linux terbaru sekarang ini, Anda tidak usah pusing lagi berhadapan dengan perintah FDISK. Mereka menyediakan pilihan pada saat proses instalasinya. Tinggal mengikuti langkah dan pilihan yang diberikan. Setidaknya akan lebih mudah dibandingkan menggunakan perintah FDISK untuk kebanyakan orang.

Kemungkinan 3: Jika harddisk baru tersebut akan dimanfaatkan sebagai harddisk tambahan untuk penyimpanan data, hal ini akan lebih mudah. Misalnya selama ini Anda sudah menggunakan operating system Windows XP. Dengan mengguna kan user yang memiliki administrator rights Anda dapat melakukan hal berikut ini.

Cukup dengan masuk ke Disk Management. Salah satunya dengan cara klik kanan pada My Computer, pilih Manage.

Perhatikan kolom bagian kiri. Kemudian pada Storage, pilih Disk Management. Dari sini Anda dapat melihat dan mengatur harddisk baru Anda dengan lebih mudah.

Catatan: Berhati-hatilah saat menggunakan fasilitas yang tersedia pada Disk Management. Jangan sampai salah memilih harddisk. Karena data yang di dalam harddisk ataupun partisi dapat hilang. Demikian juga saat menggunakan FDISK ataupun fungsi serupa yang tersedia pada proses instalasi operating system.

5. Instalasi Harddisk Baru Ekstra Besar.
Permasalahan: Harddisk 200 GB tidak terdeteksi baik di BIOS, apalagi Windows. Padahal, langkah pada tip ke 03 dan 04 sudah dijalankan semua.

Solusi: Seiring dengan waktu dan kemajuan teknologi yang ada, maka produk massal harddisk berukuran besar sudah tersedia di pasar. Dengan harga yang terbilang terjangkau. Inti masalah ada pada penggunaan metoda LBA (Logical Block Addressing) yang digunakan. Permasalahan untuk hal di atas, biasanya disebabkan karena harddisk berukuran di atas 137 GB, menggunakan metoda LBA 48 bit.

Untuk itu, yang pertama perlu dilakukan adalah memastikan apakah BIOS yang digunakan, sudah mendukung LBA 48 bit. Sebagai contoh di sini adalah dengan menggunakan 48-bit LBA Test Program untuk Intel Application Accelerator
 cukup dengan menjalankan aplikasi sederhana 48lbachk.exe pada sistem.

Jika ternyata BIOS belum mendukung, maka diperlukan update BIOS. Perhatikan readme yang tersedia ph kompa
ada update BIOS. Pastikan update yang akan digunakan, dapat menyelesaikan masalatibilitas harddisk LBA 48 bit.

Menghilangkan virus pada komputer

Virus  Conficker

Belum selesai menghadapi virus-virus lokal yang ada, varian virus Conficker menjadi momok sudah menjadi ancaman baru bagi pengguna komputer. Virus ini mampu membuat akses pada website security dan update antivirus menjadi tertutup, membuat scheduled task sendiri dan menjadi mudah berkembang serta membuat jaringan menjadi lambat. Bahkan virus ini juga menyerang Windows Vista dan Windows 2008.
Tak semua antivirus dapat mendeteksinya dan belum satupun antivirus dapat mematahkan kekuatannya. Apa yang dapat Anda lakukan jika komputer Anda terjangkit Conficker? Simak tips dan trik pembasmian virus Conficker dari vaksinis Vaksin.com, Adi Saputra.
  1. Scan PC yang terinfeksi dengan menggunakan tools Network Monitor, seperti Wireshark, Ethersal, atau Maa Tech Security. Dengan tools ini kita bisa melihat biang dari penularan virus ini.
  2. Kemudian, scan PC yang vulnerable dengan tools analysis security seperti LanGuard Security Scanner, Microsoft Baseline Security Analyzer, dan Nessus untuk mengetahui komputer vulnerable.
  3. Lalu putuskan koneksi komputer dari jaringan lokal maupun internet.
  4. Matikan proses virus yang aktif pada services dan mendompleng “svchost.exe” dengan menggunakan Norman atau Unlocker untuk membersihkan virus.
  5. Hapus string services yang mendompleng pada svchost.exe dengan menggunakan Registry Cleaner seperti Gmer untuk menghapus file virus ini.
  6. Hapus pula string registry yang dibuat oleh virus.
  7. Hapus string virus yang aktif pada start-up menggunakan ms-config.
  8. Kemudian, bersihkan folder Temporary Internet dengan menggunakan tools cleaner, seperti Norman Malware Cleaner dan Unlocker.
Cara manual membasmi virus
Membasmi virus yang tidak terdeteksi oleh antivirus di komputer. Biasanya jenis virus2 lokal yg mesti nunggu beberapa waktu tuk bs kebaca antivirus, coz penyedia antivirus jg manusia yg perlu waktu tuk membuat update basmi virus2 yg terus berkeliaran itu.
Berikut ini cara manual atau istilahnya dengan command Windows tuk basmi Virus
Langkah pertama dengan mematikan Virus yg sedang berjalan di memori
  • Caranya, tampilkan Windows Task Manager dengan menekan Ctrl + Alt + Del
  • Lalu ke tab “Processes“, terus klik bagian “User Name” untuk mengurutkan file yang diproses pada memori.
  • Matikan semua file EXE yang mencurigakan sebagai virus di memori komputer yang sudah kita urutkan sebelumnya berdasarkan “User Name”. Jangan mematikan file yang kategori “System“, “Local Service“, dan “Network Service“, karena bisa membuat sistem kita Hang atau Freeze.
Tahap Kedua dgn Non-aktifkan Virus di Startup
  • Caranya dgn menggunakan perintah MSCONFIG, klik menu Start>Run>msconfig
  • Akan muncul jendela “System Configuration Utility“. Lalu pilih Tab “Startup
  • Dalam jendela startup akan muncul program aplikasi apa saja yang akan pertama dijalankan saat computer loading pertama kali, so pilihlah mana yg diaktifkan dan tidak, dalam hal ini aplikasi yg mencurigakan sebagai komponen virus tidak diaktifkan (disable) atau dengan tidak menconteng check box, langkah mudahnya sebaiknya pilih “Disable All” dan aktifkan (enable) kembali startup yang diinginkan kalo virus sudah dibasmi.
Tahap Ketiga adalah menghapus file Virus dari komputer
  • Caranya dengan menggunakan fasilitas “search” pada WIndows, klik menu Start>Search
  • Setelah itu cari file EXE virus (contoh virus : Tati.exe) yang diketahui namanya dari langkah pertama dan kedua (memori atau startup).
  • File ini biasanya terletak pada System32 atau folder lain di WIndows. Setelah ditemukan, delete atau hapus file tersebut. Beberapa kejadian untuk menghapus file ini perlu memindahkan terlebih dahulu foldernya lalu delete atau pernah jg setelah di pindahkan file tidak bisa didelete maka solusinya restart computer dan kemudian delete.
Tahap Keempat adalah menghapus Virus dari System Registry
  • Cara ini adalah langkah terakhir dengan menggunakan perintah REGEDIT, pilih Start>Run>regedit
  • Akan tampil jendela Registry Editor dan pilih menu “Edit” pilih “Find” (Ctrl+F)
  • Input nama file virus yang ingin kita hapus (Tati.exe), setelah itu pilih “Find Next”. Setelah ditemukan file virus, hapuslah semua registry yang memuat komponen virus tersebut.
  • Ulangi langkah ini untuk mencari file2 virus yang lain.
  • Setelah selesai restart komputer, finish

Selasa, 10 Mei 2011

Manfaat menggunakan CLI (Command Line Interface).

Siapa bilang CLI ketinggalan jaman?

Salah satu hal yang kental dalam lingkungan Linux (dan juga sistem-sistem operasi berbasis UNIX lainnya) adalah penggunaan CLI (Command Line Interface). Sekilas hal ini tampak “kolot”, kuno, ketinggalan jaman. Padahal, penggunaan CLI tetap bertahan karena memiliki kelebihan-kelebihan yang sulit ditandingi oleh GUI (Graphical User Interface).
Kesan ketinggalan jaman ini diperparah oleh penganalogian CLI di sistem-sistem operasi berbasis UNIX seperti Linux dengan CLI pada DOS (MS-DOS, PC-DOS, dan lain-lain). CLI pada DOS berjalan pada shell COMMAND.COM, yang memiliki fungsi terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan karakter dari DOS yang merupakan minimalisasi sistem operasi pada zamannya sehingga cocok di lingungan PC (PC saat itu sangat minim sumber daya bila dibanding dengan mainframe bahkan mini-computer pada zaman itu).

CLI pada Linux dan sistem-sistem operasi UNIX kini lainnya didukung oleh shell canggih seperti Bash, Korn, dan lainnya. Shell-shell tersebut mendukung script programming yang mumpuni. Jika anda akrab dengan lingkungan UNIX, anda akan melihat bahwa script programming merupakan pendukung utama proses inisialisasi sistem operasi setelah kernel selesai dimuat ke memori. Hal ini dimungkinkan karena shell-shell pada lingkungan UNIX sangatlah powerful dan bisa diandalkan.

GUI mungkin handal dalam aplikasi Desktop, tapi CLI tidak terkalahkan dalam mengadministrasi sistem anda, terutama dalam melakukan administrasi secara remote via internet. CLI sangat ramah bandwidth. Dalam pengoperasian secara remote, hanya dilakukan transfer karakter-karakter saja jika anda menggunakan CLI. Bandingkan jika anda menggunakan GUI. Pada GUI, dilakukan transfer visualisasi grafis tampilan layar dan pergerakan mouse.

Kemungkinan penggunaan “redirection” (termasuk pipe) juga merupakan hal yang membuat CLI sukar ditandingi oleh GUI. Redirection memungkinkan pengalihan input ataupun output suatu proses ke file atau proses lainnya. Misalnya penggunaan pada perintah berikut:

$ tail -f /var/log/messages | grep snmp
Perintah “tail” berfungsi untuk menampilkan baris-baris terakhir suatu file. “tail /var/log/messages” berarti menampilkan baris-baris terakhir dari file /var/log/messages (merupakan file log utama pada banyak distribusi linux). Parameter “-f” merupakan kependekan dari “follow”, yang berarti proses akan mengikuti jika ada baris baru pada file tersebut. Jika ada baris baru, baris tersebut akan ditampilkan juga. Pada sistem yang “sibuk”, anda mungkin ingin menyaring hanya baris-baris yang mengandung kata tertentu saja yang ditampilkan. Disinilah fungsi dari simbol “|” atau biasa disebut pipe. “tail -f /var/log/messages | grep snmp” berarti hasil dari proses “tail -f /var/log/messages” diteruskan menjadi input dari program “grep” yang akan menyaringnya dan hanya menampilkan baris-baris yang mengandung kata “snmp” saja.

Penggunaan “pipe” bisa berlapis-lapis. Hal ini memungkinkan kita merakit aliran data sambung menyambung dari suatu proses ke proses lain dan dilanjutkan ke proses lainnya lagi, tanpa perlu mengubah kode sumber (source-code) atau membuat aplikasi baru. Penjelasan lebih lanjut mengenai “redirection” dan “pipe” akan saya jelaskan dalam tulisan di masa yang akan datang (amin).

Banyak khalayak menganggap aplikasi GUI bersifat self-learning untuk pemakainya. GUI dikembangkan untuk memudahkan proses pembelajaran pengguna baru dalam memakai aplikasi. Pemakai akan secara otomatis mengerti dengan melihat tampilan dari aplikasi. Dalam hal tertentu hal ini memang benar. Akan tetapi dalam beberapa hal justru tampilan GUI mempersulit. Visualisasi GUI membuat pengguna lebih mudah memahami aplikasi. Akan tetapi ketika fungsi semakin komplek, akan tercipta hierarki menu yang semakin komplek pula. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan, misalnya dalam menemukan dimanakah letak menu atau tombol untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Paling tidak, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan bertele-tele untuk melakukan suatu proses. Coba bandingkan waktu dan tahapan yang anda perlukan untuk memerintahkan proses “format disk” dengan menggunakan GUI dan CLI.

Memang CLI membutuhkan pemahaman terlebih dahulu. Tapi jangan salah. Kalau banyak orang bilang Linux tidak terdokumentasi, itu hanya mitos belaka. Hampir semua aplikasi CLI di Linux ada halaman manualnya. Jika anda butuh petunjuk penggunaan perintah “mkfs” (program untuk memformat disk pada unix) misalnya, cukup ketik “man mkfs”. Manual aplikasi-aplikasi CLI biasanya jauh lebih ramping dan lugas dibanding aplikasi-aplikasi GUI. Hanya dibutuhkan “niat” untuk membaca manual. Sebagian besar kasus ketidakmengertian pemula dalam memakai Linux adalah keengganan membaca manual, hingga muncul istilah “RTFM” yang merupakan kependekan dari “Read The Fucking Manual”.

Memang GUI mempermudah pemakaian. Terkadang dalam pengembangan aplikasi, developer terlebih dahulu mengembangkan versi CLI baru kemudian dibuatlah front-end GUI nya sebagai aplikasi terpisah. Front-end GUI tersebut hanyalah sebagai kulit yang kemudian memanggil aplikasi CLI sebenarnya dengan parameter yang sesuai. Hal ini membantu proses pengembangan dimana developer utama dapat berkonsentrasi kepada fungsi tanpa harus memikirkan visualisasi sedangkan visualisasi dikembangkan oleh developer lain.

Sekali lagi mengenai kemudahan semu GUI. Saya lebih suka menyebutnya sebagai fitur, bukan “advantage” karena hal ini bermata dua. GUI mudah di awal bagi pengguna awam, tetapi akan merepotkan di akhir karena sifatnya yang bertele-tele.

Banyak contoh penggunaan CLI bahkan pada lingkungan yang bisa dikatakan sangat kental dengan visualisasi grafis. Aplikasi-aplikasi CAD seperti AutoCAD tetap menyediakan CLI karena hal yang telah disebutkan. Perintah melalui CLI lebih ringkas dan cepat, tidak bertele-tele. Hanya pengguna awal saja yang menggunakan antarmuka GUI secara dominan pada aplikasi tersebut. Sejalan dengan waktu, pengguna tersebut akan semakin mahir dan hafal terhadap perintah-perintah CLI. Pemakai mahir aplikasi-aplikasi tersebut secara natural akan hapal perintah-perintah CLI karena terbiasa dan mereka merasakan kenyamanan menggunakan CLI.

Jadi, alangkah lucunya ketika seorang yang menganggap dirinya “system administrator handal” tetapi malas atau enggan untuk mempelajari penggunaan CLI padahal jelas-jelas dia berprofesi di bidang yang cukup “geek” untuk menggunakan CLI.